Suami Mulai Melirik…


Ketika Suami Mulai ….

Kali ini, saya harus menyamarkan satu nama teman, yang benar-benar akan marah bila saya sebut namanya. Kita panggil saja dia Melati. Sesuai dengan warna bunga ini, Melati sebenarnya orang yang sangat baik. Dia rendah hati, murah senyum, juga banyak ngomong.

Melati punya kehidupan yang lumayan bagus. Meski tidak bisa disebut orang-orang sosialita, namun cukup berada. Rumah mentereng, mobil mahal pula. Perabotan juga barang mewah semua.

Melati, sejak mahasiswa sudah menjalani pacaran tertutup, back street. Ini karena ibunya tidak setuju terhadap sang pacar, kita namai saja dia Kumbang. Kumbang ini memiliki temperamental keras, dan juga pemberani. Maka, mesti dilarang, ia tetap jalani pacaran tak berizin.

Melati dan Kumbang akhirnya menikah juga, setelah sang Ibu meninggal duani. Mereka menjadi keluarga yang bahagia. Anak pertama lahir. Kebahagiannya pun kian lengkap. Karir si Kumbang juga makin moncer. Dua anak kemudian menyusul. Lengkap sudah kebahagiaan rumah Melati-Kumbang.

Dari rumah yang semula hanya sederhana, akhirnya bisa memiliki rumah kelas super dengan harga lebih di atas Rp 1 Miliar (ini harga kira-kira 10 tahun lalu). Kumbang benar-benar mapan di karirnya.

Dan, Si Kumbang akhirnya tertarik bunga yang lain. Entah gimana ceritanya ia bisa melirik bunga lain. “Saya nggak mau mengingat lagi,” kata Melati. Melati ini entah terbuat dari apa dadanya. Hingga ia memiliki kesabaran luar biasa.

Betapa tidak. Semua proses Kumbang mulai milirik bunga lain, kali ini kita beri nama saja Mawar, ia tahu. Juga ketika Kumbang minta izin menikah, ia mengizinkan dengan tulus.

Tak hanya itu. Dia pula yang menyiapkan semua perlengkapan pernikahan suaminya. Mulai dari mas kawin sampai jas untuk Ijab Kabul. Ia bersikap begitu, sebenarnya berharap ridho Alloh. Melati benar-benar mendukung ketika suaminya ingin poligami. “Semua saya lakukan dengan ihlas,” kenangnya. Soal cemburu, ia tak mengingakari.

Oke. Pernikahan benar-benar terjadi. Sejauh ini berjalan normal. Pengantin baru ini, rupanya, tidak kuat untuk berbagi. Jatah bergilir mulai berkurang. Melati tetap sabar. Sampai suatu ketika, Kumbang tak pernah lagi kembali. Lebih tragis lagi, kewajiban memberi nafkah juga sudah dilupakan.

Maka, ia seperti berdiri di persimpangan. Tetap bertahan dengan suami, ia makin merasa tidak bisa menerima. Di sisi lain, bila berpisah, ia kasihan anak-anaknya. Kebimbangan ini cukup lama menghantui.

Mau tahu keputusannya apa? Melati memilih berpisah. Si Kumbang benar-benar kumbang beracun. Maka, perceraian pun terpaksa ia ambil. Setelah itu, ia jual rumah yang besar itu, kemudian membeli rumah yang sedikit lebih kecil. Sisa uangnya, ia pakai untuk naik haji, membanguan wartel dan sisanya ditabung.

Luar biasa. Sepuluh tahun kemudian, anak pertamanya sudah kulaih, anak keduanya sudah SMA. Anak-anak ia didik sendiri. Ia besarkan sendiri. Ia biayai sendiri. Anak-anaknya, alhmadulillah, menjadi sholeh dan sholehah. Tak ada yang bermasalah. Tak ada yang merongrong. Semua menjalani hidup, seperti tiada masalah.

2 pemikiran pada “Suami Mulai Melirik…

  1. apakah kebanyakan “kumbang” begitu, mas?
    atau sudah menjadi naluri “kumbang” untuk begitu?

    jadi inget lirik lagu Iwan Fals, judulnya: BUNGA KUMBANG KUMBANG.

    begini:
    Bunga bunga dilahirkan
    Untuk dihisap sang kumbang
    Kumbang kumbang dilahirkan
    Untuk menghisap sang bunga

    Bunga bunga dimekarkan
    Untuk dicampakkan kumbang
    Kumbang kumbang diterbangkan
    Untuk mencampakkan bunga

    Mengapa bunga harus layu?
    Setelah kumbang dapatkan madu
    Mengapa kumbang harus ingkar?
    Setelah bunga tak lagi mekar …….

Tinggalkan komentar